Labels

Jumat, 22 Februari 2013

You Are My Everything

Aku bangga terlahir sebagai anakmu bunda, begitu besar perjuanganmu antara hidup dan mati melahirkanku, namun semua berganti senyuman tatkala engkau mendengar tangisan bayi mungil telah terlahir ke dunia ini dengan selamat. ketika itulah pula untaian-untaian do'a terlafadh agar nantinya sang bayi menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua serta agamanya kelak. harapan sederhana namun banyak episode hidup yang akan si bayi lewati hingga akhirnya ia beranjak dewasa.

Episode demi episode kini terlewati tanpa terasa semua berjalan begitu cepat, dan kini bayi mungil itu telah dewasa dan menjadi si sulung dalam keluarga, hidup dan segala permasalahan yang dihadapinya telah menjadikan ia sebagai si sulung yang tangguh dan kuat dalam menjalani hidup serta menjadi panutan bagi adik-adiknya, bunda bisa tersenyum sekarang di usianya yang menginjak senja ia bisa melihat si sulung dengan sabar membimbing adik-adiknya. Namun ini bukanlah akhir episode itu, masih banyak tahapan-tahapan yang di harus di lalui si sulung untuk belajar menjadi lebih dewasa, dengan penuh kesabaran bunda mendidiknya dari kecil hingga dewasa kini, tak ada kata lelah hingga ia mampu mengerti arti kehidupan ini dengan baik. Dan si sulung itu adalah Aku.

Bunda, hingga usiaku menginjak dewasa belum pernah aku mendengar bunda mengeluh, hanya ada senyuman di bibirnya untuk mengusir segala kepenatan hidup yang di rasa, kata-kata bunda selalu  aku ingat  bahwa kelak aku akan menjadi seorang ibu, seberapa besar kesabaranku nantinya dalam mendidik anak-anak. hingga kini nasehat bunda begitu melekat dalam ingatanku, lamunanku mengawan  mengingat peristiwa tujuh tahun silam, ketika si bungsu lahir aku setia mendampingi bunda, saat itu umurku terpaut jauh dengan si bungsu, bunda melahirkan di usia yang tidak muda lagi, suasana rumah hening rasa cemas menyaksikan bunda mempertaruhkan nyawanya, hanya aku dan sang bidan berada di dalam kamar, rasa ngilu menusuk tulangku membayangkan aku di posisi bunda, pada hari itu nenek sakit, ayah sedang  berada di luar, namun sang bidan telah siap siaga di rumah, ini kali pertama aku menyaksikan proses persalinan, dengan perjuangan akhirnya si bungsu lahir dengan selamat.

Babak baru dalam hidupku pun dimulai, tangisan si bungsu menemani malam-malamku, aku mulai belajar mengganti popoknya dan selalu berada di dekat bunda dan si bungsu, bunda harus terbangun tengah malam ketika suara tangisan si bungsu pecah di kesunyian malam, aku pun ikut terbangun dan menatap haru perjuanganmu bunda. Pernah suatu hari si bungsu sakit, ia terus menangis tanpa henti sepanjang malam, bunda mendekap dengan hangat hingga akhirnya tangisan terhenti dan terlelap tidur dalam dekapan hangat bunda, air mataku menetes haru, pasti dulu ketika aku masih kecil bunda melakukan hal yang sama kepadaku.

Hari-hari yang aku jalani bersama bunda begitu berarti, banyak hal aku pelajari tentang hidup, tentu saja ini akan menjadi pengalaman untukku kelak jika aku menjadi seorang ibu, bunda begitu sabar merawat nenek, kasih sayang yang bunda berikan kepada nenek telah menyentak sanubariku, bahwa aku juga harus menyayangi bunda sampai kapan pun. aku mengerti bahwa orang tua bukan saja berharap anak-anaknya kelak menjadi anak yang shalih serta berbakti kepadanya namun ada banyak harapan-harapan lain yang mereka panjatkan dalam do’a-doa di setiap sujudnya.

Suatu hari nenek pernah menceritakan keinginannya kepadaku, sore itu aku dan nenek sedang menikmati senja menatap langit bersama, keinginan nenek sederhana sekali sebagai seorang ibu di usia senjanya ia hanya menginginkan perhatian dan kasih sayang dari anak-anaknya, walaupun anak-anaknya sudah berkeluarga namun ia ingin rasa sayang itu takkan pernah pudar untuknya, memang dari segi materi setiap bulan selalu tercukupi, setiap bulannya segala kebutuhan nenek ditanggung oleh anak-anaknya, namun semua itu bukanlah menjadi ukuran kebahagiaan yang ingin ia rasakan di usia senjanya, harapannya sederhana sekali ia menginginkan anak-anaknya datang menjenguknya. Memang sebuah keinginan yang begitu sederhana, bagaimana tidak keinginan itu membuatku ingat akan kasih saya orang tua kepada anaknya, betapa pun seorang anak di berikan berlimpah materi oleh keluarganya namun tanpa kasih sayang semua takkan menciptakan sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan itu sederhana hanya dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus tak perlu limpahan materi yang banyak untuk mendapatkannya. Ketika nenek sakit keras satu persatu anak-anaknya berkumpul, setelah semua anak-anaknya berkumpul dengan tersenyum bahagia beliau menjemput ajalnya.

Aku sadari cerita nenek telah mengajarkanku untuk menyayangi orang tua, bunda pernah mengatakan harapannya kepadaku. Nak , usia bunda semakin senja bukanlah materi yang bunda harapkan, namun sayangilah bunda dan perhatikan bunda sampa ajal datang menjemput, jangan tinggalkan bunda sendirian menjalani hari-hari di usia senja ini. sederhana sekali harapannya, lagi-lagi rasa haru menyesakkan dada aku rasakan, walaupun sederhana mampukah aku melaksanakannya dengan baik, hidup itu adalah proses dengan berjalannya waktu aku terus belajar demi mewujudkan keinginan sederhana itu, keyakinan harus ada dalam setiap usaha yang aku lakukan, hingga akhirnya aku bisa mewujudkan keinginan bunda.

Untuk saudara-saudaraku yang masih mempunyai orang tua, mungkin selama ini jarang pulang ke rumah untuk menjenguk bahkan sekedar menanyakan kabar mereka saja jarang, pulanglah dan luangkan waktu sejenak, sebelum terlambat peluk mereka dengan pelukan yang hangat seperti mereka memelukmu saat masih kecil dulu, luangkan waktu sejenak untuk menikmati kebersamaan bersama mereka hingga mereka bisa tersenyum ceria di usia senjanya.

by : Meutia Rahmah

0 komentar:

Posting Komentar